Reuni : makanan apa …?
Kurang lebih selama kurun waktu lima-tujuh tahunan ini,
REUNI tampaknya menjadi sebuah kata
yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang
yang sudah lama tak bersua. Reuni menjadi sebuah alternatif acara yang dinanti
dan dirindukan bagi setiap orang yang pernah mempunyai komunitas di masa lalu,
entah di sekolah, di pergaulan sosial, dunia pekerjaan atau komunitas di dunia
maya sekalipun. Reuni seolah berubah menjadi kata ajaib yang tiba-tiba bisa
menyatukan kita semua dalam sebuah momentum keakraban, kebersamaan dan
kegembiraan.
Menurut definisi Cambridge Advanced Learner’s Dictionary
Third edition, kata reuni (reunion) memiliki dua makna:
“a social event for a
group of people who have not seen each other for a long time”
“situation when people
meet again after they have not seen each other for a long time”
Ada persamaan dan perbedaan dari dua pengertian di atas.
Persamaannya adalah dalam konteks waktu pertemuan orang atau kelompok yang
sudah sekian lama tidak bertemu. Tidak ada parameter yang jelas mengenai “for a
long time”, sehingga bisa kita persepsikan ke berbagai jangka waktu, misalnya :
setahun, 2 tahun, atau 25 tahun dan sebagainya.
Membandingkan kedua definisi reuni tersebut juga kita
temukan perbedaan pada “ciri”nya. Pengertian pertama lebih condong kepada event
atau kegiatan sedangkan pengertian kedua lebih cenderung pada situasi. Bila
reuni dipandang sebagai sebuah event, maka dibutuhkan perangkat (panitia),
acara dan pengisi acara, hidangan dan sebagainya. Namun, ketika reuni dimaknai
dalam konteks situasi, maka sifatnya lebih cair, artinya reuni tidak perlu
tempat, hidangan dan pengisi acara khusus.
Dalam konteks pengertian reuni yang kedua, sifatnya lebih
cair dan informal karena lebih menekankan pada situasi bukan pada acara, tempat
atau hidangan. Artinya, reuni bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Apabila bertemu dengan kawan sekolah yang sudah lama tidak bertemu, kemudian
duduk di angkringan sambil minum wedang kopi dan nasi kucing dan pada waktu
yang bersamaan mereka berbagi cerita, maka itulah reuni. Di sini lebih
menekankan pada situasi yang lebih informal, santai dan tanpa harus repot
merencanakan kapan dan dimana acara reuni akan dilakukan. Acara reuni ini tidak
membutuhkan kata-kata sambutan yang lazim dilakukan di reuni pada definisi yang
pertama.
Kata Reuni sendiri merupakan gabungan dari kata “RE” dan
“UNI”
“Re” mengandung arti kembali, sedangkan “Uni” berarti satu
kesatuan. Sehingga “Re-Uni” bermakna sebagai sebuah kegiatan yang menyatukan
kembali segenap komponen yang terpisah baik oleh waktu maupun tempat. Memang
tidak ada batasan yang pasti seberapa lama sebuah reuni akan diadakan setelah
berpisah, seberapa banyak orang yang harus disatukan. Reuni memang ada yang
berskala besar, seperti reuni akbar di sekolah yang mempersatukan beberapa
angkatan sekaligus, atau reuni dalam skala kecil, yaitu reuni yang sekedar
menyatukan teman-teman dekat yang sebenarnya masih sering bertemu dan belum
lama terpisah.
Dewasa ini reuni menjadi sebuah agenda tambahan di musim liburan
yang kian mem-“budaya” saja. Kesulitan
dan tantangan ketika akan mengadakan reuni adalah bagaimana harus mengumpulkan
sebanyak-banyaknya teman dan mencari alamat keberadaan kawan yang sudah sekian lama berpisah. Semakin lama perpisahan itu
terjadi maka akan semakin sulit dan penuh tantangan pula untuk mengumpulkan
para peserta reuni. Kecenderungannya setelah lulus sekolah, mereka langsung
tersebar dan terpencar ke wilayah yang berbeda, bisa luar kota atau luar
negeri. Meski, masih tetap ada juga yang tinggal dan menetap dalam satu wilayah
tujuan reuni , bahkan tidak sedikit diantaranya yang sering bertemu.
Tetapi dengan adanya bebagai kemudahan fasilitas dan sarana
teknologi informasi komunikasi yang ada sekarang semacam internet dan telepon, entah melalui
jejaring sosial facebook, twitter, SMS maupun BBM-an, kendala mengumpulkan
mereka yang akan kita undang untuk hadir dalam sebuah acara reuni semakin
gampang teratasi meskipun mereka sudah tersebar di mana-mana.
Cara menyikapi ajakan pun undangan terhadap acara reuni
itupun juga beragam, ada yang sangat antusias karena segera ingin berjumpa
sahabat lama, ada yang biasa-biasa saja tetapi tidak jarang yang bersikap
skeptis bahkan ada juga yang cenderung ‘negatif thinking’ serta menganggap bahwa
sebuah acara reuni itu tidak penting dan tidak ada manfaatnya sama sekali serta
hanya menghambur-hamburkan uang saja. Semuanya
sah-sah saja.
Ada yang bilang bahwa reuni itu memiliki beragam tujuan.
Reuni dimaknai sebagai ajang menyambung silaturahmi dan persahabatan, mengenang
dan memutar masa lalu yang telah terlewati dan ada pula yang berkata reuni juga
hanya dipakai sebagai ajang “pamer”.
Lalu, aapa yang dipamerkan? Bisa pamer istri, pamer anak, pamer mobil dan
lainnya. Untuk maksud yang pertama dan
kedua cenderung banyak orang yang akan menyetujuinya,
tetapi belum tentu se-ia dengan pernyataan yang terakhir. Ada yang menyetujui, ada yang menolak atau ada
yang netral, itu wajar-wajar saja.
Namun,
apapun tujuan reuni, bejumpa dengan banyak teman-teman lama itu dalam satu
tempat sekaligus adalah peristiwa yang akan menorehkan kesan tersendiri bagi
kita masing-masing. Rasa rindu, senang, terharu, malu sangat mungkin akan berbaur menjadi satu . Yang terpenting dalam
sebuah reuni itu adalah esensinya dan bukanlah sensasinya.
Reuni : bukan pertemuan para alumnus
sukses saja.
Ada kesan reuni adalah pertemuan kembali para alumnus yang
sudah sukses dalam kehidupan, baik berumah tangga atau pekerjaan. Mereka yang
sudah berhasil menjadi pejabat atau pengusaha sukses dengan bersemangat
dieluk-elukan sebagai alumnus yang berhasil, dan dipuji karena telah mengangkat
nama harum almamater.
Sedangkan mereka yang merasa tidak mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan : “Sudah
menikah?”, “Sudah punya anak berapa?”, “Bekerja di mana?”, “Jabatannya apa?”,
dan berbagai pertanyaan basa-basi antar teman yang sudah lama tidak bertemu,
merasa minder dan malu untuk datang.
Kalau reuni adalah ajang untuk unjuk kesuksesan dalam hidup
dan pekerjaan, betapa kasihannya teman-teman yang kebetulan tidak seberuntung
itu. Karena mungkin sudah nasibnya harus bekerja sebagai buruh, petani, atau
mungkin pedagang keliling. Mereka adalah juga alumnus yang berhak untuk datang
dan bertemu dengan teman-teman lamanya yang juga dirindukan.
Sebagai pembangkit motivasi, teman-teman yang sudah sukses
barangkali bisa memberikan dorongan semangat, baik berupa pengalaman, atau
berupa bantuan nyata sehingga teman-teman lainnya bisa menduplikasi
kesuksesannya. Dan kepada teman-teman yang kebetulan merasa “belum sukses”,
sebaiknya juga jangan berpikiran sempit, dan merendahkan diri terlalu dalam
sampai tidak datang. Siapa tahu, dalam sebuah reuni kita bisa menemukan jalan
menuju kesuksesan itu, dari tangan seorang teman lama yang sudah lama tidak bertemu.
Kita semua masih teman, kawan.
Reuni : bukan sekadar hura-hura tanpa
makna.
Apa sesungguhnya
manfaat sebuah reuni? Reuni memiliki sisi positif untuk kesehatan dan
keharmonisan hubungan pertemanan. Reuni bisa dijadikan ajang bersosialisasi
guna merekatkan kembali tali persahabatan. Reuni juga bermanfaat untuk
mengembalikan peranan seseorang yang mungkin sudah terkikis waktu.
Sebuah penelitian juga pernah mengungkap, ternyata kegiatan
santai ini juga bisa membuat orang berumur panjang. Sebuah penelitian bahkan
pernah menemukan bahwa seseorang yang banyak dikelilingi teman dan saudara
kemungkinannya meninggal lebih cepat akan berkurang 50 persen dibandingkan
mereka yang tidak memiliki kehidupan sosial. Orang-orang yang memiliki
kehidupan sosial yang cukup aktif rata-rata hidup 3,7 tahun hidup lebih lama.
Merasa sendirian dengan sedikit dukungan sosial meningkatkan risiko kematian,
seperti kecanduan alkohol atau obesitas.
Dukungan emosi yang didapatkan dari teman dan orang tercinta
dapat membantu mengurangi beban masalah. Hal ini sangat penting agar tidak
memicu stres atau depresi berat yang bisa menjadi penyakit dan memicu kematian
lebih cepat. “Seseorang yang mendapat dukungan dan hubungan sosial yang
positif, tekanan darah, gula darah, metabolisme, dan stres hormonnya lebih
stabil,” kata Teresa Ellen Seeman, profesor medis dari UCLA School of Public
Health.(vivaNews)
Ada pula yang memandang reuni dari sisi negatif sebagai
kegiatan yang identik dengan hura-hura. Padahal, reuni tak harus menghambur-hamburkan
uang. Tapi itu semua juga tergantung penggeraknya. Jadi kadang-kadang
keberhasilan reuni tergantung keseriusan dari pengerak. Kalau pengeraknya yang
memiliki building comunity, biasanya hura-huranya tidak menjadi fokus, pasti
akan ada tujuan yang lebih baik, misalnya pengumpulan dana untuk membantu
pengadaan sarana pendidikan bagi sekolah, mengusahakan bea siswa bagi anak
didik yang kurang mampu tapi berprestasi di sekolah itu, dll.
Lau, apa ukuran
keberhasilan sebuah reuni? Ukuran keberhasilan sebuah reuni bagi tiap
penyelenggara memang berbeda-beda. Saya pribadi memandang, suksesnya reuni
bukan hanya dilihat dari jumlah orang yang hadir, atau dari meriahnya acara
pada saat hari pelaksanaan saja. Melainkan bagaimana penyelenggara atau panitia bisa menciptakan sebuah suasana yang nyaman
untuk semua orang, yang akan menjadi landasan bagi kelanjutan
pertemuan-pertemuan berikutnya. Jika memang berhasil, maka akan terbentuk
komunitas baru yang terdiri dari wajah-wajah lama. Saat ini, dimana orang berlomba
untuk membentuk komunitas dengan berbagai tema, banyak dari unsur dalam reuni
sekolah yang sudah bisa digarap secara langsung untuk membuat komunitas yang
solid.
Apa persamaan maraknya
reuni antara di Indonesia dan luar negeri? Kalau di Indonesia dari kecil
kita sudah terbiasa dengan grup culture,
tapi kalau di luar negeri mereka lebih individual, jadi mereka lebih kepada
traksaksional. Di luar negeri, masyarakatnya bertemu hanya karena ada urusan.
Kalau kita, tidak seperti itu. Orang Indonesia ketemu bukan karena ada urusan,
tapi karena hubungan pertemanan dengan grup
culture. Dari kecil kita sudah mengenal yang namanya keluarga besar dan
kita merasa dekat dengan mereka semua. Nah, ini berbeda dengan situasi di luar
negeri. Mereka hanya mengenal keluarga inti. Jadi kita bisa membentuk reuni
dengan mudah karena sejak kecil kita sudah terbiasa dengan istilah
kumpul-kumpul. Kalau di luar negeri, mereka harus ada tujuan untuk itu.(kompas.com)
Sisi Psikologis Dari Sebuah Reuni
Bagi kebanyakan orang, reuni merupakan suatu kebutuhan
psikologis sebagai bentuk “penyegaran” diantara rutinitas yang mungkin agak “
menjenuhkan “. Bertemu teman lama yang
sudah bertahun-tahun tidak jumpa dengan menghabiskan waktu hanya untuk bercerita
tentang kenangan masa lalu dengan dipenuhi canda tawa , menyanyi bersama ,
berbagi pengalaman hidup masing-masing selama bertahun-tahun tidak jumpa,
melakukan hobi bersama dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan ketika bertemu
teman lama, yang intinya hanya satu : mengenang kembali kehidupan masa lalu
kita.
Setiap mendapatkan undangan reuni, rasanya sudah tidak sabar
ingin bertemu dengan mereka-mereka yang pernah hadir di kehidupan kita dimasa
lalu. Apalagi sahabat karib. Salah satu bentuk kerinduan yang ingin diwujudkan
yang selama ini mungkin terpisahkan jarak, ruang dan waktu , terutama bagi yang
merantau jauh ke tanah seberang apalagi ke negeri orang, moment reuni tentunya
sangat besar maknanya.
Reuni bagi sebagian orang bisa membawa pengaruh
positif-negatif, mempunyai makna yang besar-kecil dll. Tergantung dari
masing-masing individu. Karena satu hal yang harus diingat bahwa tidak semua
orang berkembang “sama” secara psikologis. Dalam perkembangannya seiring
berjalannya waktu, ada yang berkembang secara konstruktif maupun destruktif. Masa
lalu ada yang mengenangnya sebagai suatu hal indah yang ingin dikenang dan
diulang kembali, atau bahkan ada yang memandang masa lalu sebagai suatu hal
yang harus di kubur dalam-dalam bahkan menyimpan sebuah peristiwa traumatik.
Bayangkan apabila harus dipertemukan kembali dengan hal-hal yang berhubungan
yang peristiwa “traumatik” itu. Ini bisa menyangkut peristiwa, individu,
tempat, benda ataupun perilaku yang mungkin akan ditemui kembali dalam sebuah
acara reuni. Apakah ada yang menjamin semua akan baik-baik saja ?
Dalam psikologi, ada yang dinamakan regresi, yang dicetuskan
oleh Seorang Tokoh Psikologi , Sigmund Freud. Regresi adalah salah satu bentuk
defend mechanism ( mekanisme pertahanan diri ) , dimana seolah-olah kita
kembali ke masa anak-anak ketika kita menghadapi suatu situasi, yang semestinya
kita hadapi secara dewasa. Memang tidak semua perilaku regresi buruk. Menangis,
itu salah satu bentuk dari regresi. Tetapi jika reaksi tersebut ditunjukkan
terlalu sering dan berlebihan, tentunya akan menjadi sebuah respon yang akan
menyulitkan untuk perkembangan kedewasaan berikutnya.
Dewasa ini, menjamurnya situs-situs jejaring sosial di dunia
maya seperti facebook, twitter dll, yang bisa menghubungkan kembali dengan
teman-teman lama merupakan sarana yang bisa memfasilitasi untuk mengadakan
sebuah reuni. Tentu saja hal ini merupakan sebuah dampak positif yang bisa
menghemat jarak, ruang dan waktu, cukup efektif dan efisien.
Dilihat dari sisi psikologis, sebuah reuni mempunyai makna
sebagai berikut :
- Bentuk Silaturrahmi. Bertemunya kembali dengan teman-teman di
masa lalu mempererat tali persaudaraan yang membawa efek kedekatan secara
emosional yang terjalin secara positif tentunya.
- Bentuk Self Esteem. Melalui sebuah reuni, seseorang juga bisa
mendapatkan self esteem / harga diri. Hal yang satu ini merupakan sebuah
bentuk penghargaan terhadap diri sendiri atas apa yang telah dicapai
selama ini. Saat reuni pasti bertemu dengan teman-teman lama yang tentunya
tahu sifat kita yang dulu. Mungkin dulu kita dianggap tidak mampu maka
reuni dapat dijadikan sebagai sebuah pembuktian diri bahwa dia telah
berhasil. Self esteem melalui teman-teman lama mempunyai dampak yang lebih
besar. Jika self esteem itu terpenuhi maka kehidupan psikologis orang
tersebut akan lebih stabil dan mapan.
- Bentuk Refleksi. Reuni yang digelar secara besar-besaran atau
sederhana dapat memenuhi kebutuhan manusia untuk merefleksi diri atau
menilai diri,menjaga keterlibatan dirinya dalam sebuah komunitas sebagai
bentuk identitas diri, dan juga untuk memenuhi kebutuhan atas keberakaran
(asal-usul) yang jelas.
- Bentuk Monumen Perkembangan diri. Reuni merupakan semacam
sarana untuk melihat kembali diri kita beberapa tahun ke belakang. Dengan
melihat masa lalu, seseorang akan mengerti bahwa kehidupan yang dia jalani
selama ini merupakan suatu hal yang sangat penting. Setiap orang melalui
kenangannya pasti akan membuat monumen-monumen dirinya agar dapat selalu
mengingat bahwa dia berkembang.
- Bentuk Relaksasi. Acara reuni biasanya digelar dengan penuh
keceriaan atau bahkan memungkinkan pesertanya untuk merasakan kembali masa
mudanya maka reuni juga dapat berfungsi sebagai pelepasan stres atau
memberikan efek katarsis. Yaitu melepaskan energi-energi negatif atau
tekanan-tekanan dalam kehidupan. Reuni juga bisa dijadikan alternatif
kegiatan rekreasi yang memberi efek relaksasi jika acaranya dikonsep penuh
kegembiraan.
Asal kita bisa mengambil sisi positif dari sebuah reuni
tentunya ini akan menjadi sebuah sarana untuk pengembangan diri kita di
kemudian hari. Dimana kita bisa memperluas cakrawala pandang kita, memperluas
koneksi dan wawasan yang mungkin bisa menunjang perkembangan diri dan karir
kita.
Reuni : Bagaimana menyelenggarakannya?
Saya pernah terlibat menjadi salah satu panitia reuni. Banyak
pengalaman yang bisa saya pelajari dalam proses penyelenggaraannya dan memang
cukup banyak tantangan yang musti kita hadapai sebagai panitia
ketika akan mengadakan sebuah acara
reuni. Dinamika dalam suatu
penyelenggaraan sebuah reuni : ada pembentukan panitia, banyak rapat,
pengumpulan dana, memikirkan acara, perlengkapan yang diperlukan, menyebar
undangan, mencari alamat teman-teman dan seterusnya. Sangat merepotkan dan
menyita cukup banyak waktu. Tetapi semua kerumitan itu akan menjadi tampak
mudah manakala ada kerja sama yang baik antar panitia, dukungan yang positif dan
animo dari banyak teman yang bersedia hadir, dukungan yang baik dari pihak
sekolah , dukungan dana dari sponsor ataupun donatur dan lain sebagainya.
Salah satu peristiwa yang pasti akan dihadapi oleh setiap
kepanitiaan reuni adalah berjumpa dengan
teman-teman yang merasa minder atau rendah diri untuk menghadiri acara reuni,
yang mungkin dikarenakan kurangnya
kesuksesan yang diraih pada dirinya, sehingga ada perasaan malu ketika bertemu
dengan kawan lamanya. Ketika menghadapi
para sahabat yang kebetulan nasibnya kurang beruntung tersebut, panitia
musti mempunyai kebijaksanaan tersendiri sehingga kawan-kawan kita itu bisa
tergerak hatinya termotivasi dan
bersedia hadir tanpa diberatkan oleh beban iuran dan kontribusi disampaikan
secara jelas bahwa tujuan reuni bukanlah semata-mata sekadar untuk hura-hura
tetapi untuk merajut dan menjalin kembali tali persahabatan lama yang mungkin
sudah mulai menipis dan sudah banyak yang putus. Syukur-syukur setelah melalui perjumpaan dengan
kawan lama dan kembali tersambung tali silatuhmi yang tadinya putus, mereka
yang telah sukses ada yang berbaik hati dengan memberikan perhatian dan bantuan
yang proporsional dan masuk akal. Boleh percaya ataupun tidak, dengan semakin banyaknya pertemanan akan
semakin memungkinkan datangnya peluang
rejeki dalam kehidupan kita sehari-hari.
Beberapa hal yang kalau dipandang bermanfaat, bisa dijadikan
acuan dalam penyelenggaraan sebuah acara reuni. Di awali dengan adanya TEST
GAGASAN dari satu atau lebih orang yang memandang perlunya diselenggarakan
sebuah reuni, sekiranya “gayung
bersambut” segera ditindaklanjuti dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Kumpulkan Daftar Teman. Langkah pertama yang harus ditempuh
adalah mengumpulkan daftar sebanyak-banyaknya teman-teman yang akan diundang
pada acara reuni tersebut. Kita bisa memanfaatkan jaringan pertemanan
online yang kini sudah sangat familiar di lingkungan kita, misalnya
facebook atau Blackberry Messanger (BBM). Buat group di facebook atau BBM
dan sampaikan maksud kita akan menyelenggarakan acara reuni tersebut.
Sehingga kita tidak perlu melakukan tatap muka langsung untuk membicarakan
gagasan ini, cukup dilakukan secara online saja.
Bentuk Panitia Kecil. Sambil mengumpulkan Daftar teman-teman,
dan telah kita ketahui tidak sedikit dari mereka setuju untuk
diselenggarakannya reuni sekolah, buat segera tim kecil atau panitia kecil
reuni sekolah. Tidak perlu susah-susah, sampaikan di forum Facebook atau
BBM siapa saja yang mau menjadi panitia atau setidaknya mengelola acara ini nanti. Kalau karena kesibukkan
masing-masing peserta reuni masih sangat tinggi, tawarkan kesediaan 2
orang sebagai contact person untuk masing-masing kota: 1)Kota di mana sekolah
kita berada; 2)Kota-kota lain yang dianggap representatif, misalnya :
Jakarta, karena hampir mayoritas dari
peserta reuni kalau merantau biasanya di Jakarta. Contact Person (CP)
Chapter Daerah Asal bertugas menyiapkan sarana pendukung (tempat dan
kelengakapan acara) sedangkan Contact Person (CP) Chapter Jakarta bertugas
melakukan koordinasi teman-teman kita yang berada di Jakarta, misalnya
dalam hal koordinasi waktu dan dana iuran (jika dibutuhkan.
Tentukan Waktu Pelaksanaan.
Diskusikan lah bersama teman-teman dalam forum online tersebut, menganai
waktu pelaksanaan. Oleh karena, lokasi teman-teman kita sudah terpisah-pisah kota atau bahkan
Negara, maka sebaiknya ambil saat yang tepat dimana mereka bisa berkumpul
kembali di kota asala mereka, yakni pada momen hari raya lebaran (idul
fitri). Pada momen ini, biasanya orang-orang yang merantau akan mudik ke
kampung halaman mereka. Pastikan lebih jauh, H plus berapa acara ini
memungkinkan buat seluruh peserta reuni.
Kumpulkan Foto. Guna mendukung serunya acara reuni, ada
baiknya, panitia mewajibkan atau menghimbau kepada seluruh peserta reuni
untuk mengumpulkan foto-foto masa lalu, yang dikirimkan secara online
melalui email atau BBM panitia secara personal. Mengapa secara personal?
Karena foto-foto ini akan bisa menjadi sesuatu hal yang unik ketika
ditayangkan pada saat acara reuni berlangsung. Sehingga suasana nostalgia
pun semakin seru.
Tentukan Lokasi Reuni. Mencari dan menetapkan lokasi reuni
merupakan kewajiban dari Contact Person (CP) Chapter daerah asal. CP tersebut sekaligus harus bisa
melakukan survey harga, makanan, serta kelengkapan sarana penyelenggaraan.
Berapa harga per porsi? Apa saja menu yang ditawarkan? Apa saja kelengkapan
sarana yang dibutuhkan? Viewer, LCD, sound system? Apabila akan
diselenggarakan di salah satu rumah peserta reuni, pastikan juga
kesanggupan dan lahan parkir yang tersedia. Apabila di selelnggarakan di
sekolah, juga sudah melakukan koordinasi waktu dan tempat dengan pihak
sekolah asal.
Dress Code atau Seragam. Untuk mengemas suasana reuni yang
unik, bisa jadi diusulkan dress code yang akan dipakai saat reuni sekolah
berlangsung. Akan menggunakan tema Batik, pakaian SD/SMP/SMA kala masa
dahulu, atau memakai busana yang trend di tahun 80-an atau 90-an seperti
celana baggy/Cut Bray, baju flannel, dsb. Tetapi juga dimungkinkan panitia
membuat suatu seragam, misalnya kaos agar suasana menjadi egaliter tanpa
perbedaan satu dengan yang lain sekaligus mengurangi kemungkinan reuni
dijadikan ajang pamer baju mewah dan mahal.
Kado Silang. Kalau dipandang perlu dan memungkinkan, siapkan
acara tukar menukar kado atau lazim dikenal dengan kado silang. Acara ini
biasanya mampu untuk menghangatkan suasana karena ada unsur penasaran
terhadap kado yang akan diterima dari teman-teman kita. Masing-masing bisa
menyiapkan kado silang berupa: Buku Pelajaran ‘Favorit’ ketika sekolah
dulu, topi SD masa itu, atau barang-barang khas dari kota dimana dia
tinggal apabila ia seorang perantau yang sudah tidak tinggal di kota dimana
sekolah asal berada.
Tukar Cerita Seru.
Sebagai pengisi Acara reuni, selain acara ‘kesan-kesan’ dan ‘cerita diri kita’ yang biasanya sudah
menjadi menu wajib acara reuni, sampaikan pada forum terlebih dahulu (agar
mereka benar-benar mempersiapkannya) cerita-cerita “seru atau saru” semasa
sekolah dulu, yang mungkin merupakan hal tabu untuk diceritakan ketika
sekolah dulu, atau rahasia lucu atau asmara teman sekola Anda, dan masih
banyak lagi.
Bintang Tamu. Jangan lupakan untuk menghadirkan bintang tamu
dalam acara reuni tersebut. Bintang tamunya bisa jadi merupakan Mantan
Guru Favorit, Wali Kelas kita, Mantan Guru kita yang paling ‘killer’
ketika itu, dan sebagainya. Mintalah pendapatnya mengenai masing-masing
peserta reuni ketika masih bersekolah dulu. Sebagai balas budi atas
jasanya selama kita semua dibimbing olehnya, maka tidak ada salahnya panitia
dan teman-teman memberikan kenang-kenangan pada Beliau pada momen ini.
Foto Bersama. Last but Not least, pastikan bahwa acara ini
diakhiri dengan acara foto bersama, lengkap dengan ‘bintang tamu’ yang
diundang. Sehingga acara ini bisa menjadi sebuah kenang-kenangan manis
bagi siapa pun yang hadir pada momen acara reuni sekolah ini.
Reuni : Sebuah releksi dan pengalaman
pribadi
Mendatangi reuni bagiku,
tentu saja menyenangkan. Bertemu teman
yang mungkin sejak lulus sudah tidak berjumpa lagi. Itu mungkin sudah tahunan
bahkan puluhan tahun lalu. Padahal mereka teman akrab atau teman sebangku kita.
Kita pandangi mereka, ada yang berubah ada yang tidak, cuma kelihatan lebih
tua. Dulu yang kurus sekarang gemuk, dulu tampak dekil, sekarang klimis bergaya
metroseksual. Dulu tampak pemalu sekarang begitu pede.
Semua begitu beraneka. Kita mungkin akan tersenyum dalam
hati, mereka yang kita jumpai adalah
teman berbagi suka dan duka. Mungkin pernah dihukum bersama karena terlambat
dan ketahuan memanjat pagar sekolah. Atau sama-sama jatuh cinta pada seorang
primadona sekolah dan lain sebagainya. Diam-diam
mungkin kita iri pada seorang teman. Bagaimana mungkin sekarang dia begitu
kaya, karena kita tahu dia datang dengan mobil mewah dan ponsel berharga mahal.
Bagaimana mungkin dia bisa berprofesi seperti itu. Padahal kita tahu dulu dia
bodoh. Bahkan sering nyontek pada kita.
Kita mungkin akan geleng-geleng kepala bagaimana nasibnya
begitu berubah drastis. Tetapi seharusnya
janganlah kita cemburu dulu. Bila ada yang positif, jadikan pelajaran. Jadikan
contoh atau panutan. Bisa jadi ajang reuni memang untuk pamer sesuatu. Entah
karier, keluarga yang dimiliki, harta, pengalaman, posisi di masyarakat dan
lainnya.
Paling menyebalkan memang bila bertemu seseorang yang sadar
benar apa kelebihannya, dan memamerkannya kemana-mana. Namun, yang seperti itu
cuma satu dua. Yang lain dan masih banyak yang tetap mau menerima kita apa adanya.
Bila ada cerita yang gagal, jadikan hikmah. Kenapa bisa
seperti itu. Jangan sampai kita mengulanginya atau jangan sampai terjadi juga pada jalan hidup anak kita.
Bersyukurlah dan beruntunglah kita karena sudah mengalami jalan hidup yang
seperti ini.
Mungkin sebelumnya kita merasa putus asa atau kecewa dengan
hidup kita. Sekarang kita sadar bahwa ada yang lebih kurang beruntung nasibnya
dibanding diri kita sendiri.
Reuni selalu diawali sebagai ajang bernostalgia atau temu
kangen, namun selalu diakhiri oleh pertanyaan yang umum “what next?”. Apa selanjutnya?
Untuk itu di awal perencanaan perlu ditentukan target yang
ingin diraih, misalnya: sekadar ingin memperbaharui (update) database,
menghidupkan kembali Ikatan Alumni,
membuat kegiatan-kegiatan lain seperti halalbilhalal, arisan, atau cukup berupa
aktivitas olahraga rutin seperti futsal atau olah raga lainnya.
Reuni dapat pula menggalang potensi dari anggota. Misalnya
pengumpulan dana abadi dari anggota yang sukarela namun dilakukan secara
berlanjut yang nantinya bunganya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan anggota,
misalnya membuat kegiatan Usaha Kecil Menengah, membantu bea siswa bagi
keluarga anggota yang kurang mampu, dan lain sebagainya. Meskipun nilainya
kecil namun bila dikumpul secara rutin dari semua anggota hasilnya akan terasa.
Reuni bukan sekadar hura-hura tanpa makna. Reuni harus
bermakna sebagai alat pemersatu. Memang, bersatu bukan harus seragam, apalagi
sama. Bersatu akan lebih punya makna karena keberbedaan yang sudah ada dan
harus ada, baik perbedaan tingkat sosial ekonomi, beda pendidikan, beda suku
dan rasa serta perbedaan lainnya yang ada pada kita.
Sekarang, bila ada undangan reuni, luangkan waktu untuk
datang. Jangan malu dan ragu untuk menghadirinya. Apapun yang terjadi bisa
menjadi hal yang positif bagi Anda.
Kalau masa lalu itu
indah, siapa tahu masa depan bisa lebih indah..!!!
Seorang Teolog Ameriks Tryon Edward (1809-1894) mengatakan :
“Every parting is
form of death, as evry reunion is type of heaven”
Setiap perpisahan adalah suatu bentuk kematian, seperti
halnya setiap reuni yang adalah sejenis surga”
(tambah kurang dari berbagai sumber)
|
JSP Guwek 83 eks III/4 |